Kesenian Jegog
Memanfaatkan bambu yang dirangkai sebagai alat intrumennya yang menghasilkan instrumen/irama yang sangat merdu untuk dinikmati. Jegog pertama kali berkembang di banjar sebual desa Dangintukadaya yang diciptakan oleh Kiang Gelinduh. Kesenian Jegog disertai tarian yang biasanya dibawakan oleh beberapa orang remaja putri/putra
Kesenian Joged Bungbung
Kesenian ini juga memakai bambu sebagai alat instumenya yang disebut Gamelan. Dari segi ukuran Gamelan Joged Bungbung ini lebih kecil dibandingkan dengan Gamelan Jegog. Kesenian Joged Bungbung ini selalu disertai tarian yang dibawakan oleh remaja putri dengan mengenakan pakaian khas Jembrana, sehingga menghasilkan tontonan yang sangat menarik.
Kesenian Kendang Mebarung
Kesenian ini memanfaatkan Kendang yang sangat besar ukurannya, yang biasanya dimainkan oleh 2 orang untuk masing masing kendang tersebut.
Kesenian Bungbung Gebyog
Menggambarkan ibu-ibu rumah tangga yang sedang menumbuk padi. Bungbung Gebyog ini biasanya dibawakan oleh beberapa orang wanita yang sudah berkeluarga. Masing-masing penari membawa sebuah bambu yang menggambarkan sebagai alu untuk menumbuk padi, dari ketukan bambu tersebut dihasilkan irama yang merdu untuk dinikmati.Selain Kesenian yang berlandaskan budaya Hindu di Kabupaten Jembrana juga tersapat kesenian daerah yang berlandaskan budaya Islam sperti Kesenian Hadrah.
sumber: http://www.jembranakab.go.id/index.php?module=kesenian
Seperti kebanyakan daerah di Bali, Kabupaten Jembrana juga
mempunyai makanan khas, yaitu Ayam Betutu, lawar dan sate lilit.
- a. Ayam Betutu merupakan salah satu makanan khas bali yang bercita rasa pedas. Ayam tersebut dimasak dengan banyak cabai dan bumbu pelengkap lainnya. Dengan cita rasa yang pedas makanan ini banyak digemari oleh remaja, dewasa maupun orang tua.
- b. Lawar merupakan makanan yang sering dijumpai dalam hari-hari besar umat hindu di Bali. Makanan ini terbuat dari kelapa yang dibakar lalu diparut, setelah itu parutan kelapa tersebut dimasak dengan bumbu pelengkap lainnya.
- c. Sate lilit merupakan sate yang dibuat dari daging ikan yang dicampur dengan bumbu pedaslalu dibakar. Sate ini juga merupakan salah satu makanan yang bercita rasa pedas.
Kalau kita membicarakan tentang ciri khas dari suatu daerah
di Bali, di Jembrana juga memiliki perlombaan yang menciri khas yaitu Lomba
Mekepung. Perlombaan ini biasanya melombakan hewan seperti sapi dan kerbau.
Perlombaan ini diadakan pada saat musim panen padi di Jembrana.
Ketika mulai dilombakan pada tahun
1970-an, aturan dan kelengkapan dalam makepung ikut mengalami beberapa
perubahan. Misalnya, kerbau yang tadinya hanya seekor, sekarang menjadi
sepasang. Kemudian, cikar atau gerobak untuk joki yang dulunya berukuran
besar, kini diganti dengan yang lebih kecil.
Selain itu, kerbau peserta makepung sekarang juga lebih ‘modis’ dengan adanya berbagai macam hiasan berupa mahkota yang dipasang di kepala kerbau dan bendera hijau atau merah di masing-masing cikar. Sementara, arena Makepung berupa track tanah berbentuk U sepanjang 1-2 km.
Berbeda dengan karapan sapi madura ataupun event yang bersifat race lainnya, makepung mempunyai aturan yang sedikit unik. Pemenang lomba ini bukan hanya ditentukan dari siapa atau pasangan kerbau mana yang berhasil mencapai garis finish pertama kali saja, akan tetapi ditentukan juga dari jarak antar peserta yang sedang bertanding.
Artinya, seorang peserta akan dianggap sebagai pemenang bila ia menjadi yang terdepan saat mencapai finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta di belakangnya, sejauh 10 meter.
Namun, bila pasangan kerbau yang berada di belakang bisa mempersempit jarak dengan peserta di depannya, menjadi kurang dari 10 meter, maka pasangan kerbau yang di belakang itulah yang akan keluar sebagai pemenang. Perlombaan diselesaikan dalam hitungan delapan sampai sepuluh menit dalam setiap race-nya.
sumber: http://www.wisatabaliaga.com/blog/makepung-tradisi-adu-balap-kerbau-di-jembrana-bali
Selain itu, kerbau peserta makepung sekarang juga lebih ‘modis’ dengan adanya berbagai macam hiasan berupa mahkota yang dipasang di kepala kerbau dan bendera hijau atau merah di masing-masing cikar. Sementara, arena Makepung berupa track tanah berbentuk U sepanjang 1-2 km.
Berbeda dengan karapan sapi madura ataupun event yang bersifat race lainnya, makepung mempunyai aturan yang sedikit unik. Pemenang lomba ini bukan hanya ditentukan dari siapa atau pasangan kerbau mana yang berhasil mencapai garis finish pertama kali saja, akan tetapi ditentukan juga dari jarak antar peserta yang sedang bertanding.
Artinya, seorang peserta akan dianggap sebagai pemenang bila ia menjadi yang terdepan saat mencapai finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta di belakangnya, sejauh 10 meter.
Namun, bila pasangan kerbau yang berada di belakang bisa mempersempit jarak dengan peserta di depannya, menjadi kurang dari 10 meter, maka pasangan kerbau yang di belakang itulah yang akan keluar sebagai pemenang. Perlombaan diselesaikan dalam hitungan delapan sampai sepuluh menit dalam setiap race-nya.
sumber: http://www.wisatabaliaga.com/blog/makepung-tradisi-adu-balap-kerbau-di-jembrana-bali
0 komentar:
Posting Komentar